Manado, 29 Oktober 2025 – Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Manado, Dr. Arhanuddin, M.Pd.I, menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Utara, dengan tema “Pitutūr Cinta: Narasi Kearifan Lokal untuk Menguatkan Moderasi Beragama dan Menangkal Radikalisme.”
Dalam pemaparannya, Dr. Arhanuddin menegaskan pentingnya menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal sebagai modal sosial dalam memperkuat harmoni dan moderasi beragama di tengah meningkatnya polarisasi sosial.

Ia menjelaskan bahwa pitutūr, yang berarti nasihat atau tutur bijak, merupakan warisan budaya yang sarat nilai kasih, empati, dan kebersamaan. Nilai-nilai ini perlu dihidupkan kembali dalam ruang-ruang pendidikan dan sosial untuk meredam potensi radikalisme yang tumbuh dari sikap eksklusif dan kebencian terhadap perbedaan.
Menurutnya, polarisasi sosial yang meningkat dewasa ini menjadi tantangan besar bagi kehidupan beragama di Indonesia. Meningkatnya ujaran kebencian dan segregasi berbasis agama menuntut pendekatan baru dalam membangun harmoni sosial. “Pendekatan formal saja tidak cukup. Kita butuh pendekatan kultural yang menyentuh hati masyarakat,” jelasnya.
Dr. Arhanuddin menambahkan bahwa pendekatan kultural deradikalisasi seperti pitutūr memiliki kekuatan unik karena mampu menyentuh akar emosional dan nilai-nilai kemanusiaan masyarakat. Pendekatan ini, menurutnya, seringkali lebih efektif dibandingkan strategi formal yang bersifat top-down.
Ia juga menyinggung Kurikulum Cinta yang saat ini menjadi inisiatif nasional Kementerian Agama RI. Kurikulum ini menekankan pentingnya pendidikan yang menumbuhkan empati, cinta, dan penghargaan terhadap perbedaan sebagai langkah konkret membangun budaya damai.
Tak kalah penting, Dr. Arhanuddin mengaitkan tema tersebut dengan nilai-nilai cinta dalam budaya Minahasa. “Sejak dahulu, masyarakat Minahasa mengajarkan kasih dan keseimbangan hidup sebagai dasar keberagaman. Nilai ini selaras dengan semangat moderasi beragama yang digagas Kemenag,” ungkapnya.
Melalui gagasan Pitutūr Cinta, Dr. Arhanuddin mengajak semua pihak untuk menjadikan kearifan lokal sebagai sumber inspirasi dalam membangun masyarakat yang damai, toleran, dan penuh kasih. “Radikalisme hanya bisa dikalahkan dengan cinta yang berakar pada budaya dan keimanan yang dewasa,” pungkasnya.
Kegiatan FKPT Sulawesi Utara ini dihadiri oleh berbagai unsur pemerintah, akademisi, tokoh agama, dan pemuda lintas iman yang berkomitmen bersama memperkuat ketahanan sosial masyarakat dari ancaman intoleransi dan terorisme* [admin/AM]
