Manado, 24 Juni– Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) mengadakan kegiatan workshop internasional bertajuk “Pendidikan Lintas Iman bagi Guru dan Dosen”, dengan narasumber utama Prof. Muhammad Ali, Ph.D, yang saat ini bertugas sebagai pengajar di University of California, Riversaide USA. Acara ini dihadiri oleh segenap unsur pimpinan di lingkup FTIK, para kaprodi dan Sekprodi, para Dosen dan guru dari berbagai latar belakang dan disambut antusias oleh para peserta.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Dekan FTIK, Dr. Arhanuddin, M.Pd.I, yang menekankan pentingnya pendidikan multikultural dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan agama. “Pendidikan multikultural adalah fondasi penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan toleran. Melalui pendidikan lintas iman, kita dapat menanamkan nilai-nilai saling menghormati dan memahami perbedaan,” ujar Dr. Arhanuddin.
Prof. Muhammad Ali, Ph.D, dalam paparannya, menjelaskan konsep Pendidikan Lintas Iman sebagai pendekatan yang mengintegrasikan pemahaman terhadap berbagai agama dalam kurikulum pendidikan. “Pendidikan lintas iman bukan hanya tentang pengetahuan agama, tetapi juga tentang membangun empati dan mengurangi prasangka antar umat beragama,” jelas Prof. Ali. Beliau menekankan pentingnya guru dan dosen untuk mengembangkan keterampilan interkultural guna menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Dalam kegiatan tersebut, Prof. Ali juga menyoroti bahwa pendidikan lintas iman memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. “Pendidikan lintas iman berfungsi sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai universal seperti toleransi, keadilan, dan kemanusiaan. Ini adalah bagian integral dari pendidikan karakter yang harus diajarkan sejak dini,” kata Prof. Ali. Ia menambahkan bahwa melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, tetapi juga lebih bijaksana dalam menghadapi isu-isu sosial.
Sesi diskusi yang berlangsung setelah penyampaian materi menjadi ajang bagi para peserta untuk bertukar pandangan dan pengalaman. Banyak guru dan dosen yang berbagi cerita tentang tantangan dan keberhasilan dalam menerapkan pendidikan lintas iman di lingkungan mereka. Prof. Ali menjawab berbagai pertanyaan dengan memberikan saran praktis dan menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga pendidikan.
Seminar ini diharapkan dapat menjadi langkah FTIK dalam memperkuat penerapan pendidikan lintas iman khususnya di daerah Sulawesi Utara, sehingga dapat menciptakan generasi yang lebih toleran dan menghargai keberagaman * (adm/AM)