IAIN Manado – Demikian ungkap Sulaiman Mappiasse dalam presentasinya bertajuk “Trends and Issues in Interreligious Education in Indonesia” pada dikusi ilmiah yang dilakukannya di Graduate Theological Union, Berkeley, California, USA pada 24/02/2022 sesuai waktu Pasifik (US dan Canada) atau 25/02/2022 di Indonesia.
Mappiasse yang adalah dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado adalah peserta Fulbright Visiting Scholar di Graduate Theological Union, Berkeley, California, USA yang tidak akan lama lagi segera kembali ke Indonesia.
Menurut Mappiasse, di Indonesia, agama merupakan urusan publik. Sementara di Amerika, agama adalah urusan pribadi sehingga negara tidak dapat membiayai praktik keagamaan dan keyakinan seperti di Indonesia.
Karakter agama bersifat publik di Indonesia, maka pendidikan agama memegang peran sangat menentukan dalam menciptakan warga negara yang aktif dan bertanggung jawab dalam ruang sipil. Masalahnya, agama masih diajarkan secara doktrinal sempit sehingga menghasilkan warga yang takut melintasi batas-batas simbol agama dalam pergaulan sehari-hari.
Oleh karena itu, menurutnya pendidikan agama di Indonesia harus memasukkan dimensi pendidikan lintas agama dan budaya dalam proses pembelajaran. “Masalahnya, rata-rata lembaga pendidikan kita tidak memiliki program dan visi yang jelas untuk melakukan itu dalam rangka pencetak tenaga pendidik di sekolah dan di perguruan tinggi. Karena itu, ini perlu dipikirkan lebih serius supaya pendidikan agama dapat berkontribusi maksimal di era sekarang”, ungkapnya. (at)