IAIN Manado – Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado sukses selenggarakan kegiatan Workshop, Selasa (03/11/2020), sukses selenggarakan “Workshop Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Budaya Lokal”.
Ketua panitia pelaksana Rhyan P. Reksamunandar, M.Si dalam laporannya mengungkapkan bahwa kegiatan workshop ini merupakan upaya program studi PIAUD FTIK IAIN Manado meningkatkan keterampilan para guru maupun para calon guru di tingkat TK dan RA merancang pembelajaran yang bermuatan budaya lokal. “Berdasarkan data kami, selain kalangan mahasiswa PIAUD dan PAUD, para peserta workshop ini 60% lebih merupakan guru-guru TK dan RA yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia”, jelasnya.
Sementara itu, Ketua Program Studi PIAUD, Nikmala N. Kaharuddin, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada para peserta atas partisipasinya serta secara khusus apresiasi disampaikan kepada narasumber yang bersedia membagi ilmu meskipun melalui workshop daring. Di akhir sambutannya, Kaprodi PIAUD itu juga berharap agar dapat melakukan kerja sama yang berkelanjutan dengan para narasumber untuk pengembangan Program Studi PIAUD FTIK IAIN Manado ke depan.
Kegiatan workshop dibuka secara resmi oleh Dekan FTIK IAIN Manado, Dr. Ardianto, M.Pd. Dekan FTIK IAIN Manado dalam sambutannya menyatakan bahwa pendidikan berbasis budaya (culture based education) merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan terlebih bagi anak usia dini. Menurutnya, belajar dengan budaya dapat menjadikan siswa tidak terasing dari budaya lokalnya serta meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Internalisasi budaya lokal dalam pembelajaran bagi anak usia dini sangat penting, dan ini salah satunya terkonsep dalam pendekatan konstruvistik, dimana lingkungan sosial budaya merupakan bagian penting dari pembelajaran. “Workshop pembelajaran berbasis budaya lokal yang diselenggarakan oleh Prodi PIAUD sangat relevan dalam rangka meningkatkan wawasan calon guru RA/TK dan guru RA/TK”, ungkapnya.
Kegiatan Workshop yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi peserta terkait implementasi pembelajaran anak usia dini berbasis budaya lokal, menampilkan dua orang Narasumber yang ahli di bidang pembelajaran, Dr. Mozes M. Wullur M.Pd (Universitas Negeri Manado) dan Dr. Sigit Purnama, M.Pd (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Dr. Mozes M. Wullur, M.Pd yang juga Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado (UNIMA) yang tampil sebagai pemateri pertama menyatakan bahwa dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis budaya lokal, guru wajib berkonsultasi dengan tokoh masyarakat setempat, menguasai substansi materi pembelajaran dan mempersiapkan instrumen pembelajaran (Rencana Pembelajaran Harian, Media Pembelajaran, Sumber Belajar dan Instrumen Penilaian). Menurutnya, pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan dan perkembangan pengetahuan. Lebih lanjut dijalaskan bahwa pembelajaran berbasis budaya sangat bermanfaat bagi pemaknaan proses dan hasil belajar bagi peserta didik khususnya bagi anak usia dini untuk mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual dan bahan apersepsi untuk memahami konsep ilmu pengetahuan dalam budaya lokal (etnis) yang dimiliki.
Di akhir pemaparan materinya, Dr. Mozes yang berpengalaman sebagai konsultan pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan asesor akreditasi lembaga pendidikan PAUD, menyatakan bahwa dalam mengemas pembelajaran bermuatan budaya lokal harus disesuaikan dengan karakteristik tahap perkembangan psikologis dan moral anak.
Sementara itu, Dr. Sigit Purnama, M.Pd yang saat ini merupakan ketua Perkumpulan Program Studi PIAUD Indonesia yang tampil sebagai pemateri kedua menyatakan bahwa seorang guru harus mampu merancang program pembelajaran berbasis budaya lokal yaitu program pembelajaran yang memberikan rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak dengan menekankan pemahaman dan apresiasi terhadap tata cara hidup, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, seni, pemikiran, sistem nilai, cara kerja yang khas dari suatu masyarakat atau suku bangsa daerah tertentu, sehingga terjadi internalisasi nilai-nilai kearifan budaya lokal ke dalam proses pendidikan, membentuk karakter anak yang toleran dan memiliki kepercayaan diri sebagai bangsa unggul dan bermartabat serta berwawasan multikultural. Dalam pemaparan materinya disebutkan bahwa perancangan pembelajaran harus memperhatikan empat aspek, yaitu: identifikasi budaya lokal, merancang program pembelajaran, pembelajaran kolaborasi, dan evaluasi. Dr. Sigit mencontohkan permainan Dodorobe, Nyanyian Ma’kaaruyen, hari raya ketupat, Sitou Timou Tumou Tou dan budaya lokal Manado lainnya sebagai contoh identifikasi budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai input dalam merancang program pembelajaran PAUD berbasis budaya lokal Manado.
Kegiatan workshop yang dipandu oleh Henni Marlina Gani, M.Pd yang saat ini merupakan Pimpinan Lembaga Pendidikan Al-Aqsha Manado dan juga praktisi dan pengelola lembaga pendidikan Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibitdaiyah (MI) ini hingga akhir kegiatan diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, guru, praktisi PAUD/PIAUD, dan pengembang kurikulum PAUD/PIAUD. (nur fitri zainal)